Lampung Selatan, 8 Oktober 2025 — Program Studi Farmasi, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) bertema “Penyusunan Profil Lulusan (PL), Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK), dan Struktur Kurikulum Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) ITERA. Kegiatan yang berlangsung di kampus ITERA ini diikuti oleh berbagai stakeholder di bidang kefarmasian, meliputi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Pengurus Daerah Lampung, Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI) Lampung, Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS) Lampung, PT Naturindo Yogyakarta, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung.
Acara dibuka oleh Wakil Dekan I Fakultas Sains ITERA, yang menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari langkah strategis ITERA dalam mempersiapkan pendirian Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker (PSPPA) yang adaptif terhadap kebutuhan dunia kerja, serta konsisten dengan visi ITERA untuk melahirkan apoteker unggul berbasis potensi bahan alam Sumatera.
PD IAI Lampung menekankan perlunya sinkronisasi Profil Lulusan (PL) dengan visi dan misi PSPPA yang menonjolkan peran apoteker sebagai praktisi dan peneliti di bidang industri bahan alam, serta pemerataan sebaran mata kuliah pendukung CPL bahan alam. Tim penyusun menanggapi bahwa hal tersebut akan diakomodasi dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan studi kasus industri farmasi. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menyatakan dukungan penuh terhadap pendirian PSPPA ITERA karena kebutuhan mendesak tenaga apoteker di wilayahnya. Dinkes juga menyatakan kesiapan menjadi mitra Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di bidang administrasi perizinan apotek dan manajemen obat di instalasi farmasi. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan menyoroti pentingnya pembentukan karakter kepemimpinan apoteker. Dinkes mengusulkan penguatan aspek kepemimpinan, manajemen strategis, dan advokasi kefarmasian dalam kurikulum agar lulusan PSPPA ITERA memiliki kemampuan memimpin dan mengambil keputusan strategis di institusi kesehatan.
Dari sektor industri, PT Naturindo mendorong penguatan riset dan penerapan Obat Bahan Alam (OBA) di komunitas dan industri, serta penambahan standar CPOTB dan CPPOB dalam CPMK untuk menjamin kualitas lulusan di bidang pengembangan produk bahan alam dan pangan. BBPOM Bandar Lampung menambahkan bahwa kurikulum PSPPA perlu menyesuaikan dengan kondisi lapangan, khususnya pengawasan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan pengawasan pangan, agar lulusan mampu berperan di sektor regulatori dan pengawasan mutu produk.
Masukan juga datang dari perwakilan HISFARSI, yang menyoroti pentingnya penyesuaian kualifikasi sarana praktik dan durasi PKPA di RS. Selain itu, diperlukan standar khusus bagi RS yang menjadi wahana PKPA, termasuk akreditasi dan kapasitas, serta memastikan kualifikasi pembimbing klinis yang sesuai.

Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam penyusunan kurikulum PSPPA ITERA yang menekankan kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan regulator. Hasil DKT akan menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum yang berorientasi pada keunggulan lokal, profesionalisme, dan relevansi industri, dengan penekanan pada pengembangan apoteker unggul dan berkarakter kuat di bidang bahan alam Sumatera. PSPPA ITERA diharapkan dapat menjadi solusi bagi kebutuhan tenaga apoteker di Sumatera serta berkontribusi pada kemajuan pendidikan, industri, dan pelayanan kefarmasian di Indonesia.